Tuesday, October 26, 2010

Mengemis

Azan subuh yang sanggup membelah kebulan kabut yang meniduri rumah-rumah kecil kampung itu berhasil membangunkan aku dari bunga tidur malam itu. Kucoba mengucap syukur pada Allah atas apa yang diberikannya malam tadi. Hmm... ya, jutaan bahkan lebih kenikmatan dalam selimut hangat itu.

Aku terimajinasi akan banyaknya orang-orang yang terkapar parah dikaki lima toko-toko tertutup itu. Tidak ada yang benar-benar peduli, hanya pandangan kecut serta rasa jijik yang ada dihati mereka.

"Kami peduli pada mereka, tapi kami juga takut pada mereka" Sebuah argumen bodoh tapi memang benarlah yang mungkin keluar dari mulut kami, hmm... ya, kami yang beruntung punya kesempatan untuk menikmati rizky dinding yang melindungi kami dari badai malam, serta tatapan bulan.

Aku tidak ingin mereka berada disana, hanya saja itu adalah pilihan mereka. Aku hanya bisa mengeluarkan beberapa lembar dari kantong untuk membantu mereka makan nanti siang. Selebihnya? mereka yang tak ingin terlepas dari garis kemiskinan itu, rasa malas dan tak ingat malu lah yang membuat mereka mengijinkan anak, ibu, ayah, serta seluruh keluarganya berakhir di jembatan penyebrangan terminal itu.

No comments:

Post a Comment